Senin, 30 April 2012

PENGANTAR ILMU FILSAFAT



 Dari beberapa hal baru dan pengertian – pengertian tentang ilmu. Ilmu dan pengetahuan saling terkait satu samalain. Ilmu itu ada karena adanya pengetahuan, sebaliknya adanya pengetahuan menyebabkan adanya ilmu. Ilmu sendiri adalah suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar supaya gejala atau fenomena alamiah terebut tidak lagi merupakan misteri. Dalam hal  ini dalam perkembangan pengertian ilmu yang terbagi menjadi tiga, yaitu pengertian ilmu seagai pengetahuan,ilmu sebagai aktivitas, ilmu sebagai metode. Metode  Pengetahuan Ilmu dapat didekati dari arah aktivitas para ilmuwan atau didekati melalui metode ataupun dimengerti sebagai pengetahuan yang merupakan hasil yang bersifat dinamis.Sebab-sebab utama manusia dengan kemampuan penalarannya dapat mengembangkan pengetahuan untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan hidupnya selanjutnya bisa mengangkat peradapannya dan yang akhirnya dapat mengangkat harkat martabatnya sebagai manusia. Kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu yang menyebabkan dapat berfikir secara tepat dalam arti luas, runtut dan benar dan Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan inforrmasi dan jalan pikiran yang melatar-belakangi informasi tersebut.
kebenaran manusia dapat mengukur dan menilai persyaratan-persyaratan untuk menentukan kebenaran karena yang dimaksud sesuatu pada awal kalimat adalah persyaratan-persyaratan sedang yang dimaksud dengan sesuatu pada akhhir kalimat adalah kebenaran. Dengan kreteria kebenaran manusia dapat mengukur dan menilai persyaratan-persyaratan yang dapat menentukan kebenaran. Oleh karena itu kreteria kebenaran haruslah proximate artinya dapat secara langsung diterapkan pada kebenaran baik di bidang keilmuan maupun dalam hidup sehari-hari.dengan berpedoman pada teori kebenaran yaitu,Teori Koherensi (The Coherence Theory of Truth) Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Truth) Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) Teori Performatif Tentang Kebenaran (The Performa­tive Theory of Truth)
Kebenaran ilmiah selalu mempunyai beberapa sifat dasar antara lain sifat dasar struktur rasional logis, sifat dasar isi emperis dan sifat dasar fragmatis. Sifat dasar yang rasional logis adalah bahwa kebenaran ilmiah lalu dicapai berdasarkan kesimpulan yang logis dan rasio­nal dari proposisi atau premis-premis tertentu. Sifat emperis dari kebenaran ilmiah hendak mengatakan bahwa bagaimanapun juga kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada. Sifat fragmatis terutama mau menggabungkan kedua sifat kebenaran di atas. Dalam arti apabila sebuah pernyataan dianggap benar secara logis dan emperis pernyataan tersebut juga harus berguna dalam kehidupan manusia yaitu berguna untuk membantu manusia membahas dan memecahkan berbagai persoalan-persoalan dalam hidup manusia.
BAB VI
a.       Dasar Ontologis
Ontologis, merupakan  landasan pemikiran manusia untuk mengetahui tentang apa yang diinginkan sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada di luar manusia. Ontologis  merupakan bagian dari metafisika yang mendalami tentang hal yang ada di alam ini yang berkaitan dengan makna keberadaan (eksistensi) sesuatu. Di sini dapat dikatakan bahwa ontologis mempelajari tentang keberadaan sesuatu yang ada di alam ini. Ontologis melahirkan beberapa penafsiran:: upernaturalisme,  Naturalisme
b.      Dasar Epistemologis Ilmu
Epistemologis atau lebih sering disebut teori pengetahuan, adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang persoalan-persoalan pengetahuan. Meliputi asal mula, validitas, sifat dasar, dan aspek-aspek pengetahuan lain yang berkaitan.  Dasar epistemologi menjadi landasan bagaimana cara pengetahuan yang benar itu diperoleh:
·         Metode Keilmuan
·         Dimensi Ilmu
·         Struktur Ilmu
c.       Dasar Axiologis
Axiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari tentang persoalan-persoalan nilai, maka sering disebut filasafat nilai. Filsafat nilai tersebut dibedakan atas filsafat yang lazim disebut etika dan estetika. Di mana etika mempersoalkan nilai yang berkaitan dengan moral atau tentang baik-buruknya perilaku manusia, sedangkan estetika mempersoalkan kejelakan dan keindahan. Dasar axiologi ini menjadi landasan untuk mengetahui apakah nilai pengetahuan tersebut bagi manusia. Nilai pengetahuan yang diperoleh manusia tak selalu memberikan kegunaan seperti yang diinginkan manusia, terkadang nilai ilmu juga membawwa malapetaka, missal penciptaan bom atom. Dijelaskan pula bahwa pada dasarnya ilmu itu bersufat netral, tidak mengenal sifat baik atau buruk dan si pemilik pengetahuan yang harus menentukan sikap mana yan harus ditempuh dalam memanfaatkan ilmu tersebut.
d.      Penerapan Ilmu Pengetahuan dalam Masyarakat
Otonomi/bebas nilai dalam ilmu pengetahuan
Latar belakangnya adalah kekhawatiran bahwa jika ilmu pengetahuan tidak bebas dari nilai-nilai lain di luar ilmu  pengetahuan maka kebenaran akan sangat mungkin dikorbankan demi nilai-nilai lain tersebut. Misal, kita harus berbohong demi menjaga keutuhan masyarakat atau jika ilmu pengetahuan harus tunduk pada nilai-nilai religius dan moral, akibatnya kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran ilmiah yang obyektif dan rasional.
Ilmu pengetahuan bertujuan untuk memberi pemahaman kepada manusia tentang berbagai masalah dan fenomena dalam hidup ini, lantas untuk apa penjelasan itu? Ada 2 kecenderungan dalam melihat tujuan ilmu pengetahuan, yang pertama, kecenderungan puritan-elitis, yang beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu pengetahuan. Yang kedua adalah kecenderungan pragmatis, yang beranggapan bahwa bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan guna mencari dan memperoleh penjelasan tentang berbagai persoalan dalam alam semesta ini, serta pada akhirnya ilmu pengetahuan akan berguna bagi kehidupan manusia untuk memecahkan persoalan dalam kehidupannya. Jelas bahwa bagi puritan-elitis ilmu pengetahuan itu bebas nilai dan bagi pragmatis ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai, karena terbebani  oleh nilai-nilai kepedulian terhadap keselamatan manusia serta akan harkat dan martabat manusia.
BAB VII
Pada bagian bab VII yang memuat materi tentang filsafat ilmu dalam perkembangan lanjutan dewasa ini banyak sekali materi yang ingin saya sampaikan setelah saya membaca berulang – ulang, maka inilah yang dapat saya sampaikan karena memang hanya ini yang saya pahami walaupun masih harus membuka – buka buku lagi untuk menyampaikannya.
Dalam tinjauan mengenai kemandirian ilmu/ilmu pengetahuan berkaitan dengan norma-norma ilmiah. Di mana pengetahuan ilmiah memiliki tiga ciri sebagai pengenalnya, yaitu pengetahuan yang mempunyai landasan pembenaran, bersifat sistematik, dan bersifat inter-subyektif, yang bukan berdasarkan pembenaran atas pemahaman orang seorang melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri. Ketiga ciri tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Perkembangan filsafat ilmu menunjuk pada tahun 1960-1995 hingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang sangat luas dan mendalam. Filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu sebagai Convirmatory Theories yang berusaha mendeskripsikan relasi normative antara hipoteisi dengan evidensi (keterang-benderangan) dan Theories of Explanation yang menjelaskan berbagai gejala secara sederhana.

0 komentar:

Posting Komentar

bener

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites