This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 30 April 2012

PENGANTAR ILMU FILSAFAT

Senin, 04 Juli 2011

MAU BERBENAH DIRIATAU MENJADI PENGANGGURAN ABADI?


MAU BERBENAH DIRIATAU MENJADI PENGANGGURAN ABADI?
Rencana tentang Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya mau dirubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak dari kalangan mahasiswa yang kontra (menentang) terhadap isu  perubahan tersebut, dan ada juga yang pro (mendukung). Rencana itu sudah mulai dilakukan oleh pihak pimpinan IAIN, yang saat ini mulai memperbaiki infrastruktur seperti pembangunan gedung adab yang saat ini masih dalam proses penyelesaian.
Ketika kita melihat fakta di atas, tentunya kita akan yakin bahwa rencana untuk menjadi UIN akan segera terealisasikan. Disatu sisi hal itu memang sangat baik, karena mungkin perubahan tersebut akan dimulai dari perubahan infrastruktur terlebih dahulu, yang kemudian akan disusul dengan perubahan nama.
Terlepas dari itu semua, apakah perbaikan yang digembar gemborkan oleh pihak pimpinan IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut dapat berpengaruh terhadap mahasiswa? Siapkah mahasiswa IAIN menyambut perubahan nama tersebut?
Pertanyaan itu yang sering menghantui pikiran saya, dan untuk menjawab ini semua kita harus cerdas dan teliti. Karena disisi yang lain, IAIN kurang mempersiapkan kualitas mahasiswa dan kualitas dosen. Faktanya, sekarang tidak ada pelatihan atau hal-hal yang sangat menunjang pembelajaran terhadap mahasiswa agar mempunyai disiplin ilmu yang baik, serta cerdas, dan kritis.
Sedangkan  mahasiswa sekarang sudah tidak suka lagi untuk belajar di luar jam kuliah, seperti halnya kajian keilmuan dan tidak banyak mahasiswa yang aktif berorganisasi. Mereka mereka hanya kuliah untuk mengisi absensi tanpa mecermati dan memahami mata kuliah yang ada di dalam kelas, selebihnya mahasiswa saat ini hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak penting, seperti pacaran, facebookan dan sebagainya.  padahal yang saya ketahui dan alami, kalau Cuma mengandalkan ruang kelas, kita tidak akan bisa memahami ilmu yang di pelajari  secara maksimal, karena belajar di kelas hanya dua puluh lima persen,dan belajar di luar kelas delapan puluh lima persen. Yang paling meresahkan pada saat ini ialah hilangnya budaya membaca dan menulis di kalangan kampus baik mahasiswa maupun dosen.
Juga tidak dapat di pungkiri bahwa IAIN pada saat ini, ada dititik nadlir kematian, semakin tidak jelas harus menjadi apa dan harus memberi sumbangsih apa terhadap masyarakat, kemampuan umum tidak mumpuni, agama pun masih diragukan. Output dari IAIN (sarjana) banyak yang mengeluhkan pengetahuan yang didapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat alias tidak berguna dan mereka hanya menjadi  sampah intelektual(pengangguran) di masyarakat. (dikutip dari majalah Ara Aita,edisi 51/2007).
Dalam kondisi mahasiswa yang terpuruk seperti ini, masih pantaskah IAIN menjadi UIN?
Padahal setidaknya mahasiswa UIN itu, dituntut untuk mempunyai disiplin ilmu yang tinggi serta memiliki skill baik dibidang tulis menulis maupun di bidang yang lain. Sehingga menghasilkan output yang di harapkan oleh masyarakat.
Untuk mengimbangi kondisi mahasiswa siap ketika IAIN berubah menjadi UIN, para pimpinan IAIN yang saat ini masih melakukan  perbaikan infrastruktur, pimpinan juga harus mulai mengembangkan SDM mahasiswa dan profesionalisme dosen yang cerdas dan kompetitif. Karena kita tidak menginginkan iain hanya berubah namanya saja tanpa memiliki kualitas mahasiswa yang baik.
Bagi mahasiswa  IAIN mulai saat ini harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya, tidak hanya belajar ketika ada di ruangan kelas, mahasiwa harus lebih giat lagi untuk melakukan diskusi-diskusi keilmuan walaupun diluar jam kuliah serta mahasiwa harus mulai mengembangkan skil yang dimilikinya. Seperti halnya pada tahun 90-an yang setiap pagi dan sore bahkan hingga malam hari iain sunan ampel surabaya tidak pernah sepi dari kelompok diskusi study club atau yang ngumpul santai saja untuk membicaraka organisasi. (Dikutip dari majalah Ara-Aita edisi 51/2007)
Dan yang terpenting saat ini, mahasiswa harus berpartisipasi aktif dalam perubahan tersebut, tidak hanya manjadi pihak yang selalu kontra terhadap kebijakan, karena saya yakin semua yang dilakukan oleh pimpinan IAIN sudah melalui prosedur dan pertimbangan yang matang. Sehingga kalau misalkan rencana perubahan ini didukung oleh semua pihak, saya yakin akan berjalan dengan lancar dan sukses. Amin.
(rafa/my frend) 




MAU BERBENAH DIRIATAU MENJADI PENGANGGURAN ABADI?



Rencana tentang Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya mau dirubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak dari kalangan mahasiswa yang kontra (menentang) terhadap isu  perubahan tersebut, dan ada juga yang pro (mendukung). Rencana itu sudah mulai dilakukan oleh pihak pimpinan IAIN, yang saat ini mulai memperbaiki infrastruktur seperti pembangunan gedung adab yang saat ini masih dalam proses penyelesaian.
Ketika kita melihat fakta di atas, tentunya kita akan yakin bahwa rencana untuk menjadi UIN akan segera terealisasikan. Disatu sisi hal itu memang sangat baik, karena mungkin perubahan tersebut akan dimulai dari perubahan infrastruktur terlebih dahulu, yang kemudian akan disusul dengan perubahan nama.
Terlepas dari itu semua, apakah perbaikan yang digembar gemborkan oleh pihak pimpinan IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut dapat berpengaruh terhadap mahasiswa? Siapkah mahasiswa IAIN menyambut perubahan nama tersebut?
Pertanyaan itu yang sering menghantui pikiran saya, dan untuk menjawab ini semua kita harus cerdas dan teliti. Karena disisi yang lain, IAIN kurang mempersiapkan kualitas mahasiswa dan kualitas dosen. Faktanya, sekarang tidak ada pelatihan atau hal-hal yang sangat menunjang pembelajaran terhadap mahasiswa agar mempunyai disiplin ilmu yang baik, serta cerdas, dan kritis.
Sedangkan  mahasiswa sekarang sudah tidak suka lagi untuk belajar di luar jam kuliah, seperti halnya kajian keilmuan dan tidak banyak mahasiswa yang aktif berorganisasi. Mereka mereka hanya kuliah untuk mengisi absensi tanpa mecermati dan memahami mata kuliah yang ada di dalam kelas, selebihnya mahasiswa saat ini hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak penting, seperti pacaran, facebookan dan sebagainya.  padahal yang saya ketahui dan alami, kalau Cuma mengandalkan ruang kelas, kita tidak akan bisa memahami ilmu yang di pelajari  secara maksimal, karena belajar di kelas hanya dua puluh lima persen,dan belajar di luar kelas delapan puluh lima persen. Yang paling meresahkan pada saat ini ialah hilangnya budaya membaca dan menulis di kalangan kampus baik mahasiswa maupun dosen.
Juga tidak dapat di pungkiri bahwa IAIN pada saat ini, ada dititik nadlir kematian, semakin tidak jelas harus menjadi apa dan harus memberi sumbangsih apa terhadap masyarakat, kemampuan umum tidak mumpuni, agama pun masih diragukan. Output dari IAIN (sarjana) banyak yang mengeluhkan pengetahuan yang didapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat alias tidak berguna dan mereka hanya menjadi  sampah intelektual(pengangguran) di masyarakat. (dikutip dari majalah Ara Aita,edisi 51/2007).
Dalam kondisi mahasiswa yang terpuruk seperti ini, masih pantaskah IAIN menjadi UIN?
Padahal setidaknya mahasiswa UIN itu, dituntut untuk mempunyai disiplin ilmu yang tinggi serta memiliki skill baik dibidang tulis menulis maupun di bidang yang lain. Sehingga menghasilkan output yang di harapkan oleh masyarakat.
Untuk mengimbangi kondisi mahasiswa siap ketika IAIN berubah menjadi UIN, para pimpinan IAIN yang saat ini masih melakukan  perbaikan infrastruktur, pimpinan juga harus mulai mengembangkan SDM mahasiswa dan profesionalisme dosen yang cerdas dan kompetitif. Karena kita tidak menginginkan iain hanya berubah namanya saja tanpa memiliki kualitas mahasiswa yang baik.
Bagi mahasiswa  IAIN mulai saat ini harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya, tidak hanya belajar ketika ada di ruangan kelas, mahasiwa harus lebih giat lagi untuk melakukan diskusi-diskusi keilmuan walaupun diluar jam kuliah serta mahasiwa harus mulai mengembangkan skil yang dimilikinya. Seperti halnya pada tahun 90-an yang setiap pagi dan sore bahkan hingga malam hari iain sunan ampel surabaya tidak pernah sepi dari kelompok diskusi study club atau yang ngumpul santai saja untuk membicaraka organisasi. (Dikutip dari majalah Ara-Aita edisi 51/2007)
Dan yang terpenting saat ini, mahasiswa harus berpartisipasi aktif dalam perubahan tersebut, tidak hanya manjadi pihak yang selalu kontra terhadap kebijakan, karena saya yakin semua yang dilakukan oleh pimpinan IAIN sudah melalui prosedur dan pertimbangan yang matang. Sehingga kalau misalkan rencana perubahan ini didukung oleh semua pihak, saya yakin akan berjalan dengan lancar dan sukses. Amin.(rafa/my pfrend)





Organisasi menumbuhkan jiwa kepemimpinan


Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna, dibandingkan dengan mahkluk hidup yang lain. Manusia mengalami perubahan baik berupa psikologis maupun fisiologis. Semakin banyak adaptasi dan interaksi,  semakin bertambahlah pengalaman yang didapat. Pengalaman tersebut akan dijadikan standarisasi dalam mengelolah kehidupan yang lebih baik.
Seperti halnya ketika berorganisasi. Yang banyak melakukan interaksi dan beradaptasi antar anggotanya. Organisasi menurut James D. Mooney adalah bentuk setiap perserikatan  (perkumpulan) untuk mencapai tujuan bersama.Di dalam organisasi harus ada pimpinan yang menjadi pemimpin dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, kita bisa menunjang keperibadian untuk menjadi pemimpin pada diri kita. Tidaklah mudah, karena seorang pemimpin harus memiliki kreativitas dan disiplin ilmu yang tinggi. Jadi semua elemen yang ada di dalam organisasi harus belajar agar bisa menjadi pemimpin yang baik. Namun organisasi saat ini tidak begitu di minati di kalangan mahasiswa. Padahal jika mahasiswa hanya kuliah saja tanpa mengikuti organisasi maka dia tidak bisa mengembangkan potensi dirinya.
Jika melihat secara mendalam, organisasi juga merupakan dunia kedisiplinan yang berorientasi pada sifat tanggungjawab serta bisa belajar. Seseorang yang berkecimpung dalam organisasi bisa dipimpin dan memimpin serta mempelajari skill untuk menjadi pemimpin. Banyak orang yang tidak mau dipimpin (karepe DW), ada juga yang otoriter ketika menjadi seorang pemimpin. Orang yang seperti ini merupakan tipelogi orang yang tidak mengerti tentang organisasi.
Jadi seorang pemimpin memang tidak mudah, karena memimpin adalah sebuah seni yang mana seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi dan mengayomi orang lain agar bekerjasama sesuai dengan baik  demi tercapainya tujuan yang telah dicita-citakan. Dengan demikian kepemimpinan membutuhkan peran dari manajemen, agar bisa mengatur semua bawahannya. Tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin dengan baik, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi ht dak pernah mendapat esempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya
Oleh itu, partisipasi seseorang dalam sebuah organisasi sebenarnya banyak memberi manfaat kepada dirinya sendiri juga kepada orang lain. Selain bisa melatih diri untuk menjadi seorang pemimpin, kita juga bisa mulai bersosialisasi dengan masyarakat sekeliling yang dekat dengan kita. Penting bagi kita untuk memupuk semangat keorganisasian dalam diri sendiri untuk menumbuhkan jiwa kepimpinan dan kewibawaan.

bener

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites